Selasa, 02 Juli 2013

Bisnis Sambil Kuliah?

Saya membaca blog seorang teman yang curhat bahwa dia mengundurkan diri dari bangku kuliah demi fokus menjalankan bisnis. Wow. Sebuah keputusan yang besar, dan biasanya topik ini cukup kontroversial. Ada yang setuju dan memberi contoh orang-orang yang sukses bisnis setelah DO dari kampusnya, namun ada juga yang mendorong untuk terus mengenyam pendidikan tinggi.
Memang kuliah atau tidaknya seseorang bisa jadi tidak berkaitan langsung dengan sukses-tidaknya dia. Bob Sadino tidak kuliah, tapi sukses berbisnis. Sandiaga Uno kuliah dan lulus dengan nilai terbaik, juga sukses bisnisnya.
“Kalau gitu, ga usah kuliah ah. Masih bisa sukses kan?”
Tentu bisa. Tapi sebelum Anda memutuskan untuk tidak kuliah atau mengundurkan diri dari kuliah, pertimbangkan dulu plus minus bisnis sambil kuliah berikut ini.

Kelebihan:


1. Pengembangan Pola Pikir

Benar bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Tapi jika Anda mengandalkan pengalaman pribadi, ingin selalu praktek dan mencoba semua hal sendiri untuk mendapatkan ‘guru terbaik’ ini, ongkosnya bisa sangat mahal. Tidak efisien dalam hal biaya dan waktu. Di kampus, mungkin Anda akan banyak menerima teori. Tapi teori inilah yang nantinya bisa mengembangkan pengetahuan Anda tentang kasus-kasus yang telah terjadi dan solusinya bagaimana. Anda juga dilatih untuk menganalisis dan hingga memprediksi tren masa depan seperti apa.
Sebagai contoh, di kampus Anda bisa menemukan studi tentang teknik-teknik marketing baik yang ampuh maupun yang gagal. Dari sana, Anda akan mendapatkan referensi tentang bagaimana idealnya sebuah program marketing, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan bisnis Anda dan kondisi saat ini.

2. Networking

Seperti yang diajarkan guru saya, carilah 2 jenis teman, teman yang kaya untuk dijadikan investor dan teman yang pintar untuk dijadikan manager di bisnis Anda. Nah, lingkungan kampus sangat ideal untuk ‘berburu’ teman-teman jenis ini. Anda juga bisa memperhatikan sendiri ‘track record‘ orang tersebut selama kuliah. Apalagi jika satu kelompok mengerjakan suatu tugas atau proyek, Anda bisa lebih mengenalnya dan mempertimbangkan dia untuk diajak berbisnis. Status mahasiswa juga mempermudah Anda untuk bertemu dengan tokoh-tokoh atau public figure yang menginspirasi Anda, misalnya melalui acara kampus.

3. Akses ke Ilmu

Sebagai mahasiswa, Anda punya “kemewahan” untuk masuk perpustakaan dan meminjam sebanyak mungkin buku yang Anda perlukan, bisa mengikuti seminar/ workshop yang diadakan pihak kampus ekslusif untuk para mahasiswanya, bisa mengikuti lomba-lomba kewirausahaan dengan difasilitasi kampus, bahkan bisa diberi bimbingan dalam menciptakan bisnis dalam program semacam business incubator. Menyenangkan, bukan?

Kekurangan :


1. Tidak Fokus

Ini pasti terjadi. Di dalam kelas, Anda malah berpikir harga bahan baku yang sedang naik. Lagi sibuk melayani pelanggan, pikiran mengarah pada tugas yang harus dikumpulin besok. Beruntunglah Anda yang bisa membagi waktu dan membagi pikiran dengan baik. Jika tidak, bersiaplah kehilangan salah satu. Bisnis yang mandeg, atau kuliah yang terganggu.

2. Persoalan Biaya

Jika Anda berasal dari keluarga berada, biaya tidak akan menjadi soal. Tapi jika tidak, mengatur keuangan untuk kuliah dan bisnis bukanlah hal yang mudah. Anda harus disiplin, bisa memisahkan keuangan pribadi dan usaha, dan selalu berhemat.

3. Demotivasi

Mahasiswa yang terbiasa menganalisis, bisa jadi over-analisis dan mungkin lebih takut menghadapi resiko bangkrut karena terlalu banyak menghitung-hitung. Apalagi jika yang bersangkutan mulai praktek bisnis dan gagal, belum lagi godaan tawaran bekerja di perusahaan bonafid. Bisa-bisa say good bye deh jadi pengusahanya.
Jadi, mau mengundurkan diri dari kampus dan focus di bisnis, atau berbisnis sambil kuliah? pilihan di tangan Anda.

Selasa, 21 Mei 2013

KOMITMEN UNTUK SUKSES

Banyak orang yang ingin menjadi sukses, kaya raya, atau yang lainnya. Tapi ternyata mereka hanya sekedar INGIN.
Katanya mau sukses, tapi waktu mau mulai bisnis takut rugi.
Katanya mau kaya raya, tapi waktu mau sedekah masih pilih-pilih uang.
Mereka yang hanya sekedar ingin atau pilih-pilih gak akan pernah mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Hanya orang-orang yang memiliki KOMITMEN lah yang mampu mendapatkannya. KOMITMEN itu apa yang mereka katakan selaras dengan apa yang mereka lakukan.

Sudahkan kita memiliki KOMITMEN dengan diri kita ?
segera kuatkan KOMITMENmu untuk menjemput semua bintang hidupmu..

Bisnis MLM??? Gak deh…..!

Oleh: aryan danil Mirza. BR (mahasiswa P. ekonomi Unila)
 Baru baru ini banyak sahabat mahasiswa yang bertanya kepada saya mengenai bisnis "MLM" alias Multi level marketing. B ahkan ada beberapa orang yang secara terang-terangan mengajak saya untuk bergabung dalam jaringan MLM yang dimilikinya. sayapun tersenyum simpul dibuatnya. apalagi ketika dia beralasan bahwa Rosul SAW dan para sahabat pun melakukan Multi Level marketing pahala dalam berdakwah.

Entah mau dijawab dari sisi etika profesional bisnis atau mau dijawab dari sisi agama terlebih dahulu, sejujurnya saya kurang berkompeten dalam hal ini, namun jawabannya saya tetap sama yaitu: “ maaf, saya tidak berminat. kenapa? justru pertanyaan itulah yang mestinya saya lontarkan kepada orang orang yang berkecimpung dalam dunia Multi level marketing, mengapa saya mesti ikut bergabung dalam MUlti Level Marketing.

Sekedar info, buat sahabat sahabat yang baru mendengar istilah multi levell marketing, adalah sejenis bisnis jaringan yang mengharuskan kita merekrut orang lain untuk bergabung sebagai kaki kaki downline kita untuk dapat menghasilkan profit keuntungan, dan biasanya terdapat biaya pendaftaran yang cukup besar untuk dapat bergabung sebagai agen MLM tersebut. dan yang menjadi pertanyaan etiskah dalam dunia bisnis perilaku seperti ini

Kalau kita lihat sepintas, sepertinya bisnis Multi Level marketing tidak ada masalahnya. tapi jika kita mencoba menelaah lebih kritis lagi, maka akan timbul suatu clash income antar masing masing agen MLM itu sendiri. bayangkan saja apakah etis jika orang lain yang bekerja mati matian sebagai downline kaki di bawah kita, sementara yang turut menikmati 1/2 profitnya? dan disisi lain kita tidak melakukan pekerjaan apapun selain merekrutnya sebagai downline kita.

Mungkin para pentolan MLM akan menjawab,: “Bukankah kita sudah bekerja dengan merekrutnya susah payah agar bergabung dengan jaringan yang kita miliki, so wajar dong kalau sekarang kita yang menikmati hasilnya. Toh memang sistemnya yang mengharuskan demikian?” lalu apakah wajar pula jika selama 1 bulan kalian hanya ongkang angking kaki di rumah dan downline kalian tersuruk suruk bekerja, kemudian kalian mendapatkan komisi, yang mana kalian tidak memiliki andil dalam jerih payah downline kalian tadi?’ Hal yang naïf memang, senaif jawaban saya kepada aktivis MLM.

Kemudian masalah lain yang timbul adalah, ketika seorang agen MLM telah membayar sedemikian besar untuk registrasi MLM ini, dan dia tidak mampu merekrut anggota lain sebagai downline dibawahnya maka pada hakikatnya Ia telah rugi sebesar biaya registrasi jaringan tadi.

Saya terenyuh ketika salah seorang sahabat saya di Bogor bercerita bahwa Ia telah terlanjur bergabung dengan salah satu jaringan MLM, yang dia diharuskan membeli produk barang senilai jutaan rupiah, dan pada akhirnya dia tidak mampu mengajak orang lain karena bisa jadi sebab keterbatasan kemampuan marketing yang dimilikinya. Maka seperti yang saya katakan tadi sebelumnya bahwa Ia telah rugi jutaan rupiah, seharga produk yang mesti ia beli sebagai syarat registrasi.

Kalau boleh saya katakan secara jujur bahwa bergabung dengan bisnis MLM adalah sebuah perjudian. Walaupun ada yang mengatakan bahwa bisnis itu seperti berjudi, suatu saat kita bisa kaya mendadak atau miskin melarat. Namun untungnya itu baru seperti, tidak dengan MLM yang notabene jelas jelas berjudi mengundi nasib. Syukur syukur kalau kita mampu merekrut orang lain (terlepas dari cara merekrutnya yang benar atau tidak) kita akan mendapatkan profit. Nah kalau tidak? Bukan untung yang diraih, tapi malah buntung seperti yang dialami oleh sababat saya tadi.

Dan yang paling utama bisnis dalam MLM mengandung ketidakpastian, meskipun semua bisnis tidak ada yang namanya pasti, tapi levelnya tidak separah dalam system MLM. Padahal secara hakikat tujuan dari distributor menjual produk dengan system MLM adalah agar produknya yang pada awalnya tidak terkenal dan belum memiliki brand image itu dapat terjual dengan laris dan cepat.

So, kalau memang tujuannnya demikian, mengapa tidak menjual dengan cara yang lurus lurus saja tanpa adanya tipu daya dalam transaksi didalamnya. Sistem yang salah tidak akan mampu bertahan lama. Dan secara jujur harus kita akui, system dalam Multi Level Marketing dibuat bukan untuk investasi yang mampu bertahan jangka panjang. Sampai saat ini, di Indonesia belum ada satupun bisnis MLM yang bertahan selama 20 tahun. Kebanyakan 5 tahun-10 tahun perusahaannya sudah tutup. Entah karena bangkrut atau sengaja tutup perusahaan demi menghindari resiko kerugian. Sebutlah misalnya CNI, UFO, dan lain sebagainya.

Mengapa bisa terjadi demikian? Sebab system yang berlaku di MLM adalah hanya pucuk pucuk dari tingkatan jaringanlah yang memperoleh keuntungan maksimal. Sementara akar akar dari jaringan MLM tersebut hanya menikmati remah remah dari sisa MLM yang masih bisa dipunguti. Semakin banyak orang yang bergabung, maka semakin untung pucuk pimpinan jaringannya dan ini berbanding terbalik dengan akar akar jaringan dibawahnya.

Terakhir, simple saya akan menutup pandangan mengenai MLM dari sisi agama sebagaimana yang saya sebutkan di awal tadi tentang mengapa untuk tidak berbisnis MLM. Begitu banyak hadist hadist shohih yang terlontar mengenai permua’malahan, sampai sampai Imam Muslim r.a. membuat bab khusus dalam kitab shahihnya mengenai permua’malahan. Dari sekian banyak hadist tersebut, cukup satu saja yang akan kita hidangkan dalam tulisan sederhana ini.

“Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam melarang jual beli dengan cara al-hashah (yaitu: jual beli dengan melempar kerikil) dan cara lain yang mengandung unsur gharar (spekulatif).“ (HR. Muslim, no: 2783)

Di dalam MLM banyak terdapat unsur gharar (spekulatif) atau sesuatu yang tidak ada kejelasan yang diharamkan Syariat, karena anggota yang sudah membeli produk tadi, mengharap keuntungan yang lebih banyak. Tetapi dia sendiri tidak mengetahui apakah berhasil mendapatkan keuntungan tersebut atau malah merugi.

Keharaman jual beli dengan sistem MLM ini, sebenarnya sudah difatwakan oleh sejumlah ulama di Timur Tengah, diantaranya adalah Fatwa Majma’ Al-Fiqh Al-Islamy Sudan Kemudian dikuatkan dengan Fatwa Lajnah Daimah Arab Saudi, Maupun oleh ‘MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI). Wallahu A’lam.

Rabu, 06 Juni 2012

Asal Usul Manusia




Proses pembelajaran alam pemikiran terhadap eksistensi karakter pribadi, bisa dimulai dengan menginsafi hakekat kejadian anatomi manusia. Bahan baku jasad manusia, bila ditelusuri kembali,... memungkinkan manusia untuk membe...ntengi diri dari sikap arogan, sombong dan bangga diri. Nutfah yang membentuk jasad sempurna seorang manusia, hanyalah setetes mani.

Satu sel spermatozoa yang membuahi indung telur perempuan, lewat proses engineering yang canggih, tahapan-tahapan pembentukan anatomi manusia berjalan.

Dari cairan sperma yang performa lahirnya sama sekali jauh dari keindahan itulah manusia diciptakan. Coba tuangkan sesendok air di telapak tangan, kemudian amati dan bayangkan bahwa dari cairan sejenis air itulah organ tubuh kita dibuat. Artinya : Bukankah keadaannya dahulu hanya setetes mani yang dipancarkan ke dalam rahim ?. (Qs.75 : 37). Artinya: Apakah manusia itu mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja 1), tanpa pertanggungan jawab ? (Qs. 75 : 36)

Mampukah kita melihat bahwa dalam setetes sperma itu terdapat tangan, hidung, mata, telinga, kaki, jantung, tulang-tulang, batok kepala dan organ lainnya ? Adakah kepandaian, kelincahan, kecantikan, ketampanan yang sering disombongkan itu ? Di mana jabatan, pangkat, ilmu dan harta kekayaan yang sering dijadikan pijakan untuk membanggakan diri dan meremehkan manusia lain ? Tidak ada satu hal pun yang bisa dibanggakan dari setetes mani yang menjijikkan itu.

Lalu kenapa ketika sebuah perpaduan organ-organ itu telah terbentuk dan berkembang menjadi tubuh yang sempurna, manusia sering lupa, dari mana mereka diciptakan. Hidung mancung, otak brilian, wajah tampan, cantik membuat manusia lupa asal kejadiannya, kemudian berjalan dengan angkuh. Jabatan, gelar dan harta ternyata mampu menyilaukan manusia serta membuatnya buta akan kelemahannya. Menepuk dada karena tidak kunjung sanggup menyadari bahwa semua itu bukan miliknya.

Dari situ seharusnya kita malu dengan pribadi kita selama ini yang masih sering dijangkiti sifat ke-aku-an, sombong dan tinggi hati. Cobalah kita renungkan, dengan bahan baku kita yang hanya setetes cairan mani itu, sesungguhnya alasan apakah yang mendorong kita untuk berani merasa hebat, superior dari yang lain atau egosentris ? Dari sudut pandang manakah manusia menilai, sehingga mereka merasa pantas disanjung dan dikhlutuskan ?

Sebaiknya kita mulai mencari, dari mana sebenarnya dorongan sombong, ingin dipuji, tertutup dari kritik, dan merasa lebih tinggi dari yang lain. Karena ada makhluk lain yang mula-mula mengawali memakai kesombongan sebagai pakaiannya. Dialah syaitan satu-satunya musuh manusia dalam permainan hidup ini. Dan syaitan pulalah yang pernah berjanji dan meminta izin Tuhan untuk menjadikan manusia sombong dan lupa bersyukur.

Karenanya, mari kita ajak diri ini untuk bertafakkur sampai jiwa ini benar-benar terduduk lalu bersujud. Sehingga terhindar dari bujukan dan serangan syaitan yang selalu mendongakkan kepala karena kecongkakan. Untuk hal ini kita dibantu Allah agar mampu menyegarkan ingatan terhadap siapa sebenarnya kita ini. Hendaklah manusia merenungkan dari benda apa dia diciptakan. Dia diciptakan dari air yang memancar, keluar dari antara tulang pinggul dan tulang rusuk. (Qs. 86 : 5-7)

Peringatan Allah tersebut disampaikan berkaitan dengan tingkah manusia sudah melampaui batas. Ketika dengan tak tahu diri, manusia mencuri baju kebesaran Tuhan dan memakainya. Pakaian itu adalah kesombongan. Di mana hanya Allah-lah yang berhak sombong dan hanya DIAlah yang paling berhak menyandang semua gelar kebesaran dan segala bentuk pujian.

Namun manusia dengan segala kenaifannya, lupa diri dan ikut-ikutan menyombongkan diri dan minta dipuji. Dengan ketampanan dan kecantikan, kita lalai untuk bersyukur. Jabatan dan pangkat melahirkan sifat kebal kritik. Ilmu yang dimiliki menutupi akal budi dari masukan pihak lain. Harta kekayaan melupakan kita dari mengingat Allah dan perbekalan hari akhirat.

Kesadaran yang rendah terhadap konsep setetes mani juga menjadikan manusia lupa bahwa manusia lain adalah saudara, karena berasal dari zat yang sama. Sehingga jangan heran bila kemudian banyak terjadi persaingan, permusuhan dan bentrokan. Hilang sudah jiwa kasih sayang antar sesama bersamaan dengan hilangnya kesadaran bahwa sesama manusia adalah saudara.

Dulu hanya setetes mani, kemudian menjadi jasad sempurna dan sekarang merasa berhak mengatur hidupnya tanpa mempedulikan Sang Pencipta, sudah seberani itukah sampean semua? Perhatikan firman Allah berikut: Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami telah menciptakannya dari setetes air mani, tetapi kemudian menjadi musuh Kami seterang-terangnya. Qs. 36:77.

Beranikah pembaca tergolong sebagai musuh Allah? Saya berlindung dari status itu.
==========================================
♥˚◦☆•. (`'•.¸♥♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥
Silahkan bergabung dengan halaman kami dengan klik SUKA halaman ini agar bisa menandai catatan dan terhubung di beranda sobat sekalian. Silahkan saling bantu dengan men-Tag/share
sahabat-sahabat yang lain.

Semoga bermanfaat. Semoga pula Allah Ta'ala berikan pahala kepada yang membaca, yang menulis, yang menyebarkan, yang mengajarkan dan yang mengamalkan… Aamiin, Aamiin, Aamiin ya Alloh ya Rabbal’alamin …

---Salam Santun Ukhuwah Karena-NYA-